Kenalkah Anda dengan santri? Ataukan masyarakat santri? Atau
pecinta santri? Atau minimal orang yang menjadi penggemar/pencinta santri? Saya
berani memastikan Anda tahu dengan istilah-istilah tersebut meskipun tanpa
survey lapangan, atau setidaknya kuping Anda pernah dilalui kosakata yang cukup
familier tersebut.
Santri tak bila terlepas dari peran seorang Kyai. Ibarat
kata, tak akan ada asap bila tak ada api. Pun demikian dengan keberadaan
santri. Di mana ada santri bisa dipastikan ada sesosok Kyai yang dia ikuti.
Keduanya bagai dua sisi mata uang yang tak dapat dipisahkan.
Sekarang coba kita tengok di sekitar kita. Adakah seorang
santri? Atau seorang Kyai? Minimal tokoh agama yang telaten dan ulet membina
warganya secara langsung, ‘muruk’i anak-anak kecil dengan huruf hijaiyahnya,
Pak Kaum, Merbot, Takmir, Imam Masjid/Langgar, atau apalah itu istilahnya yang
intinya beliau yang sangat telaten membina warganya dengan ikhlas dan sukarela tanpa
terikat dengan ikatan siapa/mana pun. Adakah itu? Saya jawab :”pasti ada”.
Beliau berjuang menjaga dan mengembangkan keislaman warganya tanpa embel-embel
apapun. Hanya dilimputi dengan niat ‘Lillahi
ta’ala’.
Terkesan kecil, remeh dan cukup sederhana sepertinya peran
beliau-beliau. Namun tak sesederhana itu. Dari sentuhan halus beliaulah muncul
Ulama’ pesantren. Dari sentuhan halus budi beliaulah muncul kader-kader Kyai.
Dan sebagainya. Beliaulah sang penjaga akidah warga kita, beliulah agen
perubahan, beliaulah sang visioner yang mempersiapkan kader-kader handal
generasi mendatang. Berkah keihlasan beliau-beliulah fan-fan ilmu diatasnya
mampu tergali.
Perlu dan penting rasanya kita segera menggerakkan pena
kita. Untuk merajut dan merekam jejak keikhlasan perjuangan beliau tersebut.
Mumpung matahari masih berada di ufuk, mumpung nafas masih berkesempatan
menghampiri tenggorokan kita. Mari gerakkan jari jemari merakit untaian alinea
sebagai darma bakti kita kepada gererasi yang akan menggantikan kita.
Semua ini kita lakukan dengan harapan mampu sebagai pelecut
perjuangan kita, sebagai ‘kaca benggala’ langkah kita.
Mencintai Kyai bagi kita merupakan sebuah keniscayaan.
Sebuah cinta hakiki tak cukup dengan lisan lewat tenggorokan. Namun untuk
menumbuhkan sebuah cinta hakiki butuh sebuah penghayatan dan kedekatan
emosional yang tinggi. Untuk menumbuhkan itu kita perlu mendekat, membaca,
menerawang seluruh rekam jejak kehidupan dan seluruh perjuangannya, sehingga
wasilah itu kita mampu mengilhami makna perjuangan yang sesungguhnya. Serta
kita menjadi ahli waris dari perjuangan Kyai kita yang telah mendahului kita
semua.
Semoga dengan menelusuri ruang perjuangan para Kiai, kita
mampu menjadikan Kiai sebagai Idola kita semua, semoga.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Mari dukung program ini, dengan :
1. Mengirim artikel tentang biografi /profil Kiai
ke email : jafar.aula1926@gmail.com
disertai file rekaman dari HP, dan foto dokumentasi yang terkait dengan
tulisan.
2. Merekomendasikan salah satu nama Kiai di sekitar
Anda untuk kami tulis.
3. Program ini murni program nirlaba yang semoga
menjadi penebar kecintaan kita kepada Kiai.
4. Tulisan Anda akan kami muat di kiaikuidolaku.blogspot.com
5. Tulisan yang layak akan kami kirim ke Majalah AULA PWNU Jawa Timur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar