Minggu, 26 Februari 2017

IBU AKU TAK BUTUH UANGMU


Langit redup tampak kemerah-merahan, matahari pun beranjak masuk ke peraduan. Sore itu Santo tidak seperti lazimnya anak yang lain. Bersih, wangi dan rapi sore itu, tapi pemandangan itu tak nampak pada tubuh Santo. Kumal, badek, compang-camping dan mbladus. Sampai-sampai goresan ingus nampak terekam di sepanjang tangannya hingga memperkeruh warna bajunya yang putih menjadi kecoklatan. Wajar, dia bocah usia SD kelas 1 di Madrasah Ibtidaiyahnya yang ditinggal orang tuanya. Meski begitu dia bukanlah yatim piatu, ia hanya sesosok replika bocah malang, sebagai korban atas ketidakadilan orang tua kepada anaknya.

Sore itu Hartinah (Ibu Santo) nampak pergi bersama suaminya ke tempat mereka berdua bekerja. Mereka berdua merupakan sekawanan buruh njamangi tembakau di kampung sebelahnya. Seperti yang kita tahu, pekerjaan njamangi tembakau salah satu profesi yang sangat naif bagi anak-anak seusia Santo. Betapa tidak, si penjamang tembakau itu memforsir waktunya, berangkat pagi hingga larut malam bahkan hingga pagi datang kembali, nyaris tak memperhitungkan waktu. Sehingga anak-anak usia SD, tentu akan luput dari pandangan orang tuanya setia hari.
Harusnya sore ba’da asyar itu anak seusia Santo rapi berderet menghadap dampar di tempat ia mengaji.

Santo :”Bu.... pulang Bu... Santo lapaaaar...” ujar Santo tersengut-sengut di depan pintu rumahnya yang sepi.
Bidara :”Ada apa San?” tanya tetangga Santo yang hampir setiap hari dengan sukarela mengurus Santo.
Santo :”Santo belum mandi Bu Lek Da!” Sahut Santo.
Bidara :”Sudah sini ke rumah bu lek saja, nanti ngaji sama Ifan! Gak usah nangis, sini..!”
Meski dengan berat hati akhirnya Santo mengiyakan arahan Bu Bidara.

Di rumah Bu Bidara Santo tampak riang dan betah. Di sana dia lebih kopen serasa mendapat perhatian meskipun Bu Bidara bukanlah siapa-siapanya Santo. Tapi ia tampak masygul, betapa tidak kebahagiaan yang ia harapkan kandas ditelan oleh recehan yang diuber oleh ke-dua orang tuanya, hingga lalai dengan tanggung jawab kepada momongannya sendiri. Dalam sedihnya Santo berkeluh :”Ibu aku tak butuh uangmu namun aku butuh kasih sayang dan perhatianmu” kisik lirih dari bibir bocah kecil tanpa dosa ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DIDIN DAN AINI PIMPIN RANTING IPNU IPPNU JRAGAN

PROSESI PEMILIHAN KETUA Temanggung (25/12) bertempat di TPQ Kiai Juragan Desa Jragan Kecamatan Tembarak tak kurang dari 50 kader m...