Lumayan pagi saya sowan kepada salah satu santri cikal bakal pondok pertama ponpes Mu’allimin Jampirejo Temanggung. Beliau pernah nyantri di Tebu Ireng yang akhirnya diminta sebagai modal pondok pesantren Mu’alimin Jampirejo. Selain itu beliau juga pernah menjadi dosen STAINU Temanggung beberapa tahun yang lalu. Simbah Kyai Hasyim Afif, nama beliau. Tanpa alasan saya sowan kepada beliau. Sowan untuk melaksanakan tugas wajib bulanan(kirim majalah Aula NU), juga bermaksud wawancara kepada beliau seputar NU Temanggung, pada zamannya, lebih khusus mencari informasi tentang Mbah Hadi Shofwan. Banyak yang beliau sampaikan kepada saya. Bermodalkan lenovo A391i saya merekam ngendiko beliau yang nyaris lirih karena bersamaan suara lantunan ayat suci yang distel di ruang tengah.
Banyak hal yang saya peroleh tentang Mbah Hadi. Inilah kira-kira beberapa penuturan beliau tentang kiprah Mbah Hadi, baik di NU juga pengabdian dan jasa beliau dalam dunia pendidikan islam di Temanggung, selamat menyimak :
“Mbah Hadi mendirikan dan mengembangkan Madrasah Mu’allimin beserta beberapa cabangnya di tempat lain. Beliau menjadi pengurus PCNU Temanggung dan PWNU Jateng, hingga berlanjut sampai ke PBNU. Dalam pendirian gedung PCNU Temanggung, mbah hadi tokoh dominan sebagai pendiri bangunan tersebut.
Selain pendirian madrasah dan gedung PCNU Temanggung, beliau juga mendirikan MA Mu’allimin Temanggung yang kebetulan juga sebagai cikal bakal berdirinya MAN Parakan (sekarang MAN Temanggung) yang saat itu bertempat di MA Mu’allimin sebelum bertempat di Aloon-Aloon Temanggung. Drs Abdul Murid merupakan salah satu alumni Mu’allimin (Parakan, saat ini tinggal di Petir Ngadirejo) yang kemudian didudukkan sebagai Kepala Madrasah MAN Parakan ketika itu.
Tidak hanya itu STAINU Temanggung, juga berdiri berkat sentuhan tangan halus Mbah Hadi, yang ketika itu dirintis dari tempat komplek Mu’alimin Jampirejo. Ketika STAINU membutuhkan tenaga sebagai dosen, sikap moderat beliau tampilkan semata-mata demi kemajuan pendidikan tinggi di STAINU Temanggung. Beliu juga meminta Bapak Imam Puro yang kebetulan pengurus Muhamadiyah untuk menjadi salah satu dosen di STAINU Temanggung. ”Aku akon ora kon ngembangke Muhammadiyae kok, tapi aku butuhke ngelmune” tutur beliau sebagai jawaban hujjah beliau. Dalam hal perbedaan beliau sangat lunak dan moderat. Dalam struktural PCNU Temanggung ketika itu beliau sebagai Ketua Umum Tanfidyah, adapun yang duduk sebagai Rois Syuriyah kala zaman itu diasto oleh Simbah Kyai Abdul Mu’in Rohman Jampirejo.
Tak hanya sendiri dalam ngasto PCNU ketika itu. Muncul beberapa nama tokoh Temanggung turut serta membantu keberhasilan NU zaman Mbah Hadi. Kyai Afif Mastur (Mujahidin) beliau Anisah Mujahidin saat ini ikut menjadi Pengurus Yayasan al Kautsar Maron. Ada juga Mbah Mandhur sebagai sesepuh Temanggung kala itu. Bapak Ruslan Abidin kakak ipar Mbah Mat Bandanuji, beliau putra dari Bu Zam Mujahidin (Mbak dari Mbah Mat Bandanuji). Beliau (Bapak Ruslan Abidin) termasuk pengurus NU aktif, dimakamkan di sebelah selatan SMA 3 Temanggung. Bapak H Sutrasno M Noor Terminabuan, sebelah barat Mushola Terminabuan (istri beliau masih famili Mbah Hadi), Saluki Khoironi Butuh-pengurus NU aktif (Pejabat Depag ketika zaman Mbah Hadi) rumahnya jalan turunan Butuh arah ke timur rumah menghadap ke utara, Mbah Mat Bandanuji Mujahidin Temanggung Pengurus Ansor zaman Mbah Hadi bersamaan dengan Mbah Hasyim Afifi Kerokan Kedu. Serta beberapa tokoh NU lain yang belum terdeteksi lewat wawancara Mbah Hasyim Afif.[]
---------------------------------
Wawancara tanggal 8 Nopember 2016 kepada Simbah Kiai Hasyim Afif Kerokan Kedu, keponakan dan santri modal cikal bakal pesantren.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar