Sabtu, 27 Mei 2017

YASONA-Wadah Bersosial Nahdliyin Tembarak


Sebagai mahluk sosial tentu kita tak mampu lepas diri dari interaksi sosial. Suka, duka, gotong royong, silaturahim dan lain sebagainya merupakan sekelumit contoh dalam interaksi sosial. Salah satu masalah sosial yang saat ini kian menyubur, satu diantaranya masih tingginya kesenjangan yang terjadi pada lapisan masyarakat. Termasuk masalah pendidikan bagi anak, terutama anak kurang beruntung yang tak mampu menyetarakan dirinya dalam mengenyam pendidikan-utamanya pendidikan formal. Pernah suatu saat saya sowan kepada salah satu tokoh NU Temanggung. Saya sowan cukup pagi ketika itu. Meskipun perasaan kurang sreg menghantui pisowanan saya ketika itu. Namun persaaan itu lenyap seketika pasalnya pagi yang cukup buta itu sudah ada ibu-ibu setengah baya, yang lebih pagi ngantri di rumah sang tokoh. Ternyata sang ibu bermaksud mengajukan bantuan santunan untuk pendidikan anaknya. Meskipun yang kali kedua tetap ia lakoni demi pendidikan anak yang kurang beruntung itu.
“Lha kemaren panjenengan-kan sudah minta!”, tanya sang tokoh. “Nanti kalau penjenengan minta lagi bagaimana dengan yang lain? Kan gak kebagian?”, tambahkan sang tokoh.
“Saya benar-benar butuh Pak Kyai, ini saya beranikan diri untuk daftar sekolah anak saya”, jawab sang ibu dengan polos.

Lumbung Nadliyyin
Kuping saya tak mampu menghindar dari perbincangan keduanya. Dalam benak saya berbisik :” Subhan-Alloh sesibuk itu beliau masih sempat ngurus masalah santunan bagi orang lain”, bathin saya cukup tertantang untuk melakukan hal yang sama. Masih dengan moto yang sama yakni mendarma baktikan diri bagi kemanfaatan orang lain. Hingga puncaknya uneg-uneg tersebut saya luapkan kepada banom pemuda milik NU-Ansor sebagai solusi. Sebuah usulan saya sampaikan sedemikian rupa, hingga mufakatlah sebuah konsep kasar yang dijadikan sebagai acuan. Rapat penyampaian konsep tersebut digelar di Dusun Jurang Jero Krajan Tembarak. Lumbung Nahdliyyin disepakatilah sebuah nama wadah sosial yang didirikan Ansor Tembarak ketika itu. Nama Nahdliyyin sengaja muncul sebagai wujud sebuah kesemangatan bersama untuk berkhidmah sosial bagi warga Nahliyyin secara jam’i bukan sektoral Ansor saja. Hingga ke depan itu sebagai alat bersosial bersama seluruh stakeholder NU Tembarak harap Ansor ketika itu.

Melanjutkan Program MWC
Konsolidasi tak hanya sampai disitu. Ansor sebagai motor penggerak terus berupaya mencari dukungan dari Banom NU yang lain,termasuk dari MWC NU Tembarak. Hingga ujungnya digelarlah rapat bersama seluruh stakeholder NU Tembarak, MWC NU Tembarak diwaliki oleh Bapak Nur Faro’i (Almarhum), Muslimat NU, Fatayat NU serta IPNU dan IPPNU.
“Untuk ngurusi masalah sosial Ansor tidak usah mendirikan lembaga baru, MWC sudah punya Yayasan Sosial al-Mu’awanah, silahkan bisa dikelola, diopeni dan dilanjutkan program-programnya”, itulah pesan Bapak Nur Faro’i mewakili MWC NU Tembarak. “Besuk di rapat MWC NU akan saya sampaikan kepada MWC sehingga Yasona yang sudah dirintis pendahulu MWC bisa kopen dan membawa kemanfaatan”, itulah kira-kira harapan Pak Nur (panggilan Bapak Nur Faro’i) kepada Ansor Tembarak. Hingga akhirnya Ansor menyepakati untuk menggunakan wadah itu sebagai bentuk khidmah kepada warga Nahdliyyin lewat lembaga sosial, yang hal tersebut tentu saja diamini oleh banom yang lain.
Akta Notaris Yayasan Sosial al-Mu'awanah

Sekelumit sejarah Yasona
Yasona berdiri di Desa Purwodadi bertepatan Ahad Legi 21 Juli 1991 atau 9 Muharram 1412 hijriyah. Ketika itu belum terbit perda pemekaran wilayah antara Tembarak-Selopampang, sehingga wilayah Selopampang masih menjadi bagian dari Kecamatan Tembarak, jadi banyak tercatat tokoh dan Kyai Selopampang di dalamnya.
4 tokoh sebagai Perintis, yakni : Bapak Ishadi (Mantenan Greges) yang kebetulan beliau sebagai Ketua MWC NU Tembarak ketika itu, Bapak Abu Hasan (Kacepit Tembarak-sekarang Kacepit Selopampang), Bapak Thohuri Ms, BA (Botoputih Tembarak) Kepala SMA Islam Sudirman Tembarak, dan Bapak Prasetyo Djali, BA (Purwodadi Tembarak).
Sebagai Fungsionaris tercatat 5 nama Kyai, yakni : Simbah KH Cholil Asy’ari (Ngaditirto Tembarak, sekarang Bolong Ngaditirto Selopampang) pengasuh Ponpes Darul Muttaqien Selopampang, Bapak KH Djueni (Greges Tembarak)-mantan anggota DPRD Temanggung, Simbah Kyai Muchlasin (Tawangsari Tembarak)-Pengasuh Ponpes Tawangsari Gondangan Tembarak sekaligus Rois Syuriyah MWC NU setelah pemekaran wilayah Tembarak-Selopampang, Simbah Kyai Rofi’i (Tawangsari Tembarak)-Pengasuh Ponpes Gondangan Kulon Tawangsari Tembarak, dan Bapak Kyai Hasyim (Kemloko Bumiayu Tembarak, sekarang Kemloko Bumiayu Selopampang) – Rois Syuriah MWC NU Selopampang yang pertama setelah pemekaran wilayah.
Adapun yang tercatat sebagai Badan Pengurus Yayasan, yakni : Bapak Prasetyo Djali, BA (Purwodadi Tembarak) selaku Ketua, Bapak Muh Musrup (Greges Botoputih) selaku Wakil Ketua-Beliau salah satu Guru di Mts Botoputih ketika itu, Bapak Thoha Abdurohim (Gambasan Selopampang)-beliau Ketua LP Ma’arif ketika PCNU Temanggung diasto oleh Bapak Kyai Tadjuddin Noor, beliau bertindak sebagai Sekretaris, dan Ibu Nyonya Hajjah Sri Azizah sebagai Bendahara (saat ini sebagai Ketua Muslimat NU Tembarak).
Selain tokoh tersebut diatas juga tersirat beberapa nama lain diantaranya : Bapak Drs. Muh Ridwan (Bagusan Tembarak, sekarang Bagusan Selopampang), Bapak Nur Qomar (Salamrejo Tembarak, sekarang Salamrejo Selopampang), dan Bapak Muh Nasekhun (Kacepit Tembarak, sekarang Kacepit Selopampang) sekarang Kepala Madrasah MTs Wadas Kandangan. Dari beberapa tokoh tersebut ada yang sudah dipanggil sowan menghadap kepada Alloh, namun sebagian yang lain saat ini masih berkiprah aktif berkhidmad kepada NU baik struktural / kultural.
Yasona Saat ini
Pasca penyerahan lembaga tersebut, hingga saat ini sudah tercatat banyak khidmah sosial kepada warga nahdliyyin. Diantaranya Santunan Yatim piatu, santunan kesehatan, santunan santri salaf, santunan korban kebakaran, bantuan lembaga untuk TPQ, serta santunan sosial yang lain. Adapun sumber donasi saat ini bersumber dari 2 sumber, dari donatur tetap bulanan dan kotak yasona yang tersebar di sebagian wilayah Tembarak, Selopampang dan Temanggung.
Demikian tulisan ini senantiasa saya tulis dalam rangka memupuk kesemangatan kita untuk senantiasa menggali sejarah masa lampau sebagai media pembelajaran kita saat ini, dan sebagai tonggak perjuangan kita dalam masalah sosial (Bi qodril imkan). Akhirnya rasa terimakasih yang tak terhingga terkhusus bagi para muassis Lembaga ini, kami yakin ini salah satu sumbangsih yang nyata bagi warga Nahdliyyin, tanpa menisbikan pengabdian yang lain tentunya. Kami yakin pula apa yang sudah panjenengan semua perbuat lantaran lembaga ini senantiasa akan menjadi amal jariyah yang mengalir memenuhi ruang-ruang kosong di alam kelanggengan, amin.

Sumber tulisan :
Salinan Akta Notaris Nomor 21 Tanggal 11 Pebruari 1993 yang diterbitkan oleh Kantor Notaris & Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Elly Dradjati Moelyono,SH.

Stiker Yayasan Sosial al-Mu'awanah yang ditempel pada kotak infaq

Pengurus meninjau korban kebakaran di Kemloko Tembarak sebelum menyerahkan bantuan

Penyerahan Santunan Yatim-Piatu yang dihadiri Bupati Temanggung (10/05/2017) di Halaman Kantor Kecamatan Tembarak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DIDIN DAN AINI PIMPIN RANTING IPNU IPPNU JRAGAN

PROSESI PEMILIHAN KETUA Temanggung (25/12) bertempat di TPQ Kiai Juragan Desa Jragan Kecamatan Tembarak tak kurang dari 50 kader m...